DAFTAR ISI : [TUTUP]
Nama PSSI memang tak pernah luput dari pembahasan para pecinta sepak bola tanah air. Wadah organisasi sepak bola tanah air ini memang selalu jadi perbincangan khusus bagi perkembangan kemajuan sepak bola di Indonesia. Baik dan buruknya kiprah sepak bola tanah air selalu digantungkan pada siapa jajaran pimpinan PSSI yang sedang menjabat.
Beberapa waktu kebelakang nama PSSI tengah menjadi sorotan kala sepak bola tanah air harus mengalami musibah besar dengan terjadinya tragedi kanjuruhan, malang. Indonesia bahkan dunia sangat mengecam apa yang terjadi di Stadion Kanjuruhan Kota Malang. Sikap represif dan frontal aparat penegak hukum dituding sebagai faktor penting yang harus diusut tuntas atas banyaknya korban meninggal dalam peristiwa tersebut. Kejadian kanjuruhan juga menjadi potret utama bahwa PSSI belum sepenuhnya menjelma sebagai organisasi dan wadah sepak bola yang benar-benar profesional dan bebas dari segala kepentingan individual dan politik!.
Timnas Garuda/Instagram @pssi |
Kehadiran organisasi sepak bola seperti PSSI seharusnya mampu menjadikan sepak bola Indonesia lebih terarah dan terstruktur. Namun nampaknya harapan tersebut masihlah sebuah teori yang harus diwujudkan karena dalam perjalanannya, Organisasi sepak bola ini memang tidak pernah lepas dari beberapa issue penting terutamanya kepentingan pribadi dan politik alias masih belum independent.
Belakangan ini, PSSI memang sedikit terlihat membaik dari beberapa sisi terutamanya jika para pecinta sepak bola melihat adanya perkembangan dan kemajuan serta fokus utama untuk meraih posisi penting pada ajang perebutan gelar juara U-16, U-19, U-20 dan Juga Timnas Senior di mata asia dan dunia. Dengan merekrut pelatih handal asal korea Shin Tae Yong, PSSI telah dinilai tepat dan terlihat benar-benar fokus ingin mengembalikan citra sepak bola tanah air di mata asia dan dunia. Kualitas pelatih Shin Tae Yong telah dibuktikan pada kejuaran Piala AFF 2021 lalu, meskipun Indonesia bukan keluar sebagai juaranya, namun beberapa perkembangan tekhnis dan gaya bermain sangat terlihat jauh membaik dibanding sebelum-sebelumnya.
Kini PSSI bersama Komando pelatih Shin Tae Yong tengah fokus menghadapi perebutan gelar juara penting di asia dan juga persiapan piala dunia. Gebrakan yang dibuat pelatih Shin pun tidak main-main. Terbaru, bahkan pelatih korea tersebut telah berhasil menentukan skuad utama timnas indonesia dan menggaet dua pemain naturaliasi anyar diantara nama yang tengah tenar adalah Sandy Walsh dan Jordi Amat.
Namun sebelum membahas Biodata dan Profil Pelatih Timnas Garuda anyar tersebut bagaimana kalau kita sekilas mengetahui seperti apakah sejarah PSSI di Indonesia.
SEJARAH PSSI (PERSATUAN SEPAKBOLA SELURUH INDONESIA)
Berikut uraian tentang PSSI berdasarkan catatan resmi dari Situs Resminya tentang Sejarah, Awal Berdiri PSSI dan Perkembangan PSSI:
SEJARAH PSSI
PSSI (Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia) didirikan pada tanggal 19 April 1930 di Yogyakarta. Sebagai organisasi olahraga yang lahir pada masa penjajahan Belanda, lahirnya PSSI entah bagaimana terkait dengan kegiatan politik anti penjajah. Jika kita telaah dan menelaah masa-masa sebelum, selama dan sesudah kelahirannya, bahkan 5 tahun setelah proklamasi kemerdekaan pada 17 Agustus 1945, sangat jelas bahwa PSSI lahir karena didirikan oleh para politisi nasional yang secara langsung maupun tidak langsung menentangnya. kolonialisme dengan strategi menabur benih nasionalisme di hati para pemuda di Indonesia
AWAL MULA BERDIRINYA PSSI
PSSI didirikan oleh seorang insinyur bernama Soeratin Sosrosoegondo. Ia mengenyam pendidikan pada tahun 1927 di Sekolah Teknik Tinggi di Heckelenburg, Jerman dan kembali ke tanah air pada tahun 1928. Setelah kembali ke tanah air, Soerati bekerja pada perusahaan konstruksi Belanda "Sizten en Lausada" di Yogyakarta. Di sana, dia satu-satunya orang Indonesia yang duduk sebagai pimpinan sebuah perusahaan konstruksi besar. Namun, dilatarbelakangi oleh semangat kebangsaan yang tinggi, Soeratin mengundurkan diri dari perusahaan tersebut.
Setelah menamatkan “Sizten en Lausada”, ia lebih giat dalam bidang pergerakan, dan sebagai seorang pemuda yang menyukai sepak bola, Soeratin menyadari sepenuhnya pelaksanaan apa yang diputuskan oleh Majelis Pemuda Indonesia pada tanggal 28 Oktober 1928 (Noored Celana). Soeratin menganggap sepakbola sebagai alat terbaik untuk menebar nasionalisme di kalangan anak muda, melawan Belanda.
Untuk mewujudkan cita-citanya, Soerati mengadakan pertemuan dengan tokoh-tokoh sepak bola di Solo, Yogyakarta, dan Bandung. Pertemuan berlangsung melalui komunikasi pribadi, menghindari penyergapan oleh Polisi Belanda (PID). Kemudian, ketika ada pertemuan dengan presiden VIJ (Voetbalbond Indonesische Jakarta) Soer dan pejabat lainnya di Hotel kecil Binnenhof di Jalan Kramat 17 Jakarta, gagasan perlunya membentuk organisasi sepak bola nasional semakin matang. disusun di kota Bandung, Yogya dan Solo oleh Pergerakan Nasional dengan tokoh-tokoh seperti Daslam Hadiwasito, Amir Notopratomo, A Hamid, Soekarno (bukan Bung Karno) dan lain-lain. Sedangkan kontak atau kurir pribadi terjalin di kota lain, seperti Soediroon di Magelang (Ketua Karang Taruna). Simak terus lengkapnya pada Situs Resmi PSSI.
PERKEMBANGAN PSSI
Pasca Soeratin ajang sepakbola nasional ini terus berkembang walaupun perkembangan dunia persepakbolaan Indonesia ini mengalami pasang surut dalam kualitas pemain, kompetisi dan organisasinya. Akan tetapi olahraga yang dapat diterima di semua lapisan masyarakat ini tetap bertahan apapun kondisinya. PSSI sebagai induk dari sepakbola nasional ini memang telah berupaya membina timnas dengan baik, menghabiskan dana milyaran rupiah, walaupun hasil yang diperoleh masih kurang menggembirakan.
Hal ini disebabkan pada cara pandang yang keliru. Untuk mengangkat prestasi Timnas, tidak cukup hanya membina Timnas itu sendiri, melainkan juga dua sektor penting lainnya yaitu kompetisi dan organisasi, sementara tanpa disadari kompetisi nasional kita telah tertinggal.
Padahal di era sebelum tahun 70-an, banyak pemain Indonesia yang bisa bersaing di tingkat internasional sebut saja era Ramang dan Tan Liong Houw, kemudian era Sucipto Suntoro dan belakangan era Ronny Pattinasarani.
Dalam perkembangannya PSSI sekarang ini telah memperluas jenis kompetisi dan pertandingan yang dinaunginya. Kompetisi yang diselenggarakan oleh PSSI di dalam negeri ini terdiri dari :
- Divisi utama yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
- Divisi satu yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
- Divisi dua yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus non amatir.
- Divisi tiga yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain yang berstatus amatir.
- Kelompok umur yang diikuti oleh klub sepakbola dengan pemain:
- Dibawah usia 15 tahun (U-15)
- Dibawah usia 17 tahun (U-170
- Dibawah Usia 19 tahun (U-19)
- Dibawah usia 23 tahun (U-23)
- Sepakbola Wanita
- Futsal.
PSSI juga memperhitungkan pertandingan-pertandingan yang terdiri dari pertandingan-pertandingan kandang yang diselenggarakan oleh PSSI sesuai program yang dirancang dalam kalender kegiatan tahunan PSSI, yang diselenggarakan oleh asosiasi atau klub sepak bola, pemain di lapangan, pemerintah daerah. Pertandingan kandang diselenggarakan oleh pihak ketiga berlisensi PSSI. Lomba tersebut merupakan bagian dari Pekan Olahraga Daerah (PORDA) dan Pekan Olahraga Nasional (PON). Pertandingan lainnya dengan peserta dari luar negeri atau atas dasar undangan asing dengan izin PSSI. kepemimpinan PSSI juga telah mencapai kepemimpinan tingkat daerah di seluruh Indonesia. Ini membuat sepak bola semakin menjadi olahraga rakyat dan untuk rakyat.
PSSI merupakan anggota FIFA dalam perkembangannya sejak 1 November 1952 pada Kongres FIFA di Helsinki. Setelah menjadi anggota FIFA, PSSI pun diterima menjadi anggota AFC (Asian Football Confederation) pada tahun 1952 bahkan memprakarsai pembentukan AFF (Asean Football Federation) pada masa pemerintahan Cardon, sehingga Cardon menjadi wakilnya. -presiden dan kemudian presiden kehormatan AFF.
Selain itu, pada tahun 1953, PSSI mengukuhkan diri sebagai organisasi yang berstatus badan hukum dengan mendaftarkan diri ke Departemen Kehakiman dan mendapat persetujuan SKep Menkeh R.I No. J.A.5/11/6, 2 Februari 1953, tambahan berita Negara R.I tanggal 3 Maret 1953, no 18. Artinya, PSSI adalah satu - satunya induk organisasi olahraga yang terdaftar dalam berita Negara sejak 8 tahun setelah Indonesia merdeka.
MASA KEPENGURUSAN PSSI 2019-2023
Nama | Jabatan |
---|---|
Mochammad Iriawan | Ketua |
Cucu Soemantri | Wakil Ketua |
Iwan Budianto | Wakil Ketua |
Yunus Nusi | Sekretaris Jenderal |
Marrike Ira Puspita | Wakil Sekretaris Jenderal |
A.S Sukawijaya | Anggota Komite Eksekutif |
Dirk Soplanit | |
Endri Erawan | |
Haruna Soemitro | |
Pieter Tanuri | |
Hasnuryadi Sulaiman | |
Juni Rahman | |
Ahmad Riyadh | |
Hasani Abdul Gani | |
Vivin Cahyani |
BIODATA PELATIH TIM NASIONAL SEPAKBOLA INDONESIA TERBARU
Shin Tae-yong atau dalam bahasa Korea: 신태용, Hanja: 申台龍; merupakan sosok pria yang lahir pada tanggal 11 Mei 1970. Ia adalah mantan pemain sepakbola berkewarganegaraan Korea Selatan yang kini resmi didapuk menjadi pelatih tim nasional Indonesia. Pelatih Shin merupakan orang pertama yang memenangkan Asian Club Championship/AFC Champions League sebagai pemain dan manajer, ia memenangkan Asian Club Championship 1995 dan Liga Champions AFC 2010 bersama Seongnam Ilhwa Chunma.
Foto Pelatih Shin Tae Yong/Instagram @shintaeyong7777 |
Biodata Diri Shin Tae-yong [Pelatih Tim Nasional Sepakbola Indonesia]
Nama lengkap | Shin Tae-yong |
Tanggal Lahir | 11 Mei 1970 (umur 52) |
Tempat Lahir | Yeongdeok, Gyeongbuk, Korea Selatan |
Posisi bermain | Gelandang |
Akun Instagram | @shintaeyong7777 |
Karier Junior | Yeungnam University (1988–1991) |
Karier Senior | Seongnam Ilhwa Chunma (1992–2004); Queensland Roar (2005) |
Tim nasional | Korea Selatan U-17 (1987); Korea Selatan U-20 (1988); Korea Selatan U-23 (1991–1992); Korea Selatan (1992–1997) |
Kepelatihan | Queensland Roar (asisten) (2005–2008); Seongnam Ilhwa Chunma (2008–2012); Korea Selatan (interim) (2014); Korea Selatan (asisten) (2014–2017); Korea Selatan U-23 (2015–2016); Korea Selatan U-20 (2016–2017); Korea Selatan(2017–2018); Indonesia U-20(2020– sampai saat ini); Indonesia U-23(2020– sampai saat ini); Indonesia(2020– sampai saat ini). |
Prestasi | K League Rookie of the Year: 1992; K League 1 Best XI: 1992, 1993, 1994, 1995, 1996, 2000, 2001, 2002, 2003, K League 1 Most Valuable Player: 1995, 2001; Top skor K League 1: 1996; K League 30th Anniversary Best XI: 2013 |